Harga Beras Melonjak, Tata Ulang Rantai Pasokan untuk Meningkatkan Efisiensi Distribusi

Beras

SURABAYA – Harga beras kembali menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga beras di tahun 2024 telah mencapai titik tertinggi dalam sejarah, dengan harga beras medium mencapai Rp14.000 per kilogram dan beras premium Rp18.000 per kilogram.

Hal ini memicu kekhawatiran di tengah masyarakat, terutama bagi keluarga prasejahtera yang semakin terbebani dengan melonjaknya biaya hidup.

Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gangguan cuaca yang berakibat pada penurunan hasil panen, hingga inefisiensi dalam rantai pasokan beras.

Rantai pasokan beras yang melibatkan banyak perantara menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan harga beras di tingkat konsumen menjadi lebih tinggi dibandingkan harga di tingkat petani.

Faktor-Faktor Penyebab Inefisiensi Rantai Pasokan Beras

Pertama, banyaknya perantara. Beras hasil panen petani harus melalui berbagai perantara sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini menyebabkan harga beras di tingkat konsumen melambung tinggi. Setiap perantara mengambil keuntungan dari proses distribusi, sehingga membebani konsumen dengan harga yang tidak wajar.

Kedua, sistem transportasi yang tidak memadai, seperti jalanan rusak dan minimnya sarana transportasi menjadi biang keladi tingginya biaya pengangkutan beras. Distribusi beras pun menjadi tersendat.

Ketiga, kurangnya koordinasi antar pelaku rantai pasok. Berdasarkan data di lapangan, saat ini sering terjadi miss informasi antara petani dan distributor, sehingga menyebabkan terhambatnya distribusi beras. Masalah ini dapat menyebabkan penumpukan beras di beberapa daerah, sementara di daerah lain terjadi kekurangan pasokan.

Baca juga:   Polisi Gerebek Gudang Milik PT Indo Beras Unggul di Bekasi

Dari permasalahan tersebut, terdapat beberapa solusi yang dapat diterapkan:

Analisis Data

Langkah awal dalam mengatasi inefisiensi adalah melakukan analisis data secara menyeluruh terhadap proses rantai pasokan beras. Adapun dalam tahapan ini adalah mengumpulkan dan menganalisis data produksi, konsumsi, serta distribusi secara mendalam untuk mengidentifikasi titik-titik inefisiensi.

Perancangan Sistem Distribusi yang Lebih Efisien

Dengan memahami akar inefisiensi, kita dapat merancang sistem distribusi beras yang lebih efisien dan efektif. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membantu petani memasarkan berasnya melalui platform online atau pasar tradisional modern. Dengan cara ini, petani dapat mengakses konsumen secara langsung dan mendapatkan harga yang lebih baik untuk hasil panen mereka.

Manajemen Penyimpanan Beras yang Lebih Baik

Manajemen inventori yang tidak optimal seringkali menyebabkan penumpukan dan kekurangan pasokan beras. Oleh karena itu, perlu meningkatkan manajemen inventori dengan menggunakan teknologi dan sistem yang tepat. Hal ini dapat membantu memastikan ketersediaan beras yang stabil dan mencegah pemborosan.

Optimasi Logistik untuk Efisiensi dan Penghematan Biaya

Baca juga:   Implementasi Internet of Things (IoT) dalam Pemantauan Kinerja Mesin pada Industri Tekstil

Proses logistik beras seperti transportasi dan penyimpanan, juga seringkali tidak efisien dan memakan biaya tinggi. Dengan menggunakan teknologi seperti rute optimasi atau kendaraan yang ramah lingkungan, Petani dapat mengurangi biaya transportasi dan emisi gas rumah kaca, serta juga mempercepat waktu pengiriman dan mengurangi risiko kerusakan atau kehilangan beras selama proses pengiriman.

Selain itu, pemerintah juga memainkan peran dalam proses optimasi rantai pasok ini. Pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur transportasi di daerah-daerah penghasil beras untuk memperlancar distribusi beras ke seluruh wilayah Indonesia. Sehingga dapat membantu menurunkan biaya transportasi dan mempercepat sampainya beras ke tangan konsumen.

Koordinasi antar pelaku rantai pasok, seperti petani, pedagang, dan penggilingan padi, juga perlu ditingkatkan. Pemerintah dapat memfasilitasi koordinasi ini melalui pembentukan forum atau platform komunikasi. Dengan koordinasi yang baik, diharapkan distribusi beras dapat berjalan lebih lancar dan tidak terjadi penumpukan beras di beberapa daerah.

Dengan demikian, tata ulang rantai pasokan beras dan upaya-upaya lain untuk meningkatkan stabilitas harga beras harus dilakukan secara berkelanjutan dan terkoordinasi dengan baik. Proses ini merupakan upaya menekan harga beras agar dapat kembali stabil dan terjangkau oleh masyarakat, terutama bagi keluarga prasejahtera.

Muhammad Rifqy Al Fakhry
Mahasiswa Teknik Industri FTMM Universitas Airlangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini