Optimasi Manufaktur di Era Impor Ketat, Membangun Ketahanan Industri Alas Kaki Indonesia

Unair
. (foto: dok. CNBC Indonesia)

SURABAYA – Industri alas kaki Indonesia merupakan salah satu sektor manufaktur unggulan. Industri ini berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2022, nilai ekspor alas kaki Indonesia mencapai USD4,3 miliar, sehingga menempatkan Indonesia sebagai eksportir alas kaki terbesar ketiga di dunia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir pasca pandemi Covid-19, industri alas kaki Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, salah satunya adalah kebijakan impor bahan baku yang kian mempersulit industri.

Kebijakan pemerintah dalam melakukan pembatasan impor bahan baku membuat para pelaku industri alas kaki semakin tercekik. Dampaknya, para produsen tentu semakin kesulitan dalam bersaing dengan produk impor ilegal.

Berita yang sedang ramai saat ini adalah keputusan manajemen BATA untuk menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat. Hal ini mencerminkan kondisi industri alas kaki di Indonesia yang masih redup, sehingga perlu perhatian khusus dalam penanganannya.

Baca juga:   Peluang Green Supply Chain Manajemen dalam Tren E-Commerce

Strategi Optimasi Manufaktur

Dalam rangka meningkatkan ketahanan industri alas kaki di Indonesia, strategi optimasi manufaktur yang efektif harus segera diterapkan. Salah satu yang menjadi tuntutan produsen alas kaki lokal adalah bahan baku yang kompetitif.

Sebagai buntut penerapan aturan impor bahan baku yang ketat, pemerintah harus mampu memberikan alternatif bahan baku yang kompetitif kepada para produsen lokal. Hal ini bertujuan agar industri alas kaki nasional dapat kembali bersaing di pasar global.

Selanjutnya, industri alas kaki harus meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada proses manufaktur. Dalam penerapannya, para produsen lokal dapat dapat menggunakan teknologi yang berupa mesin produksi canggih guna meningkatkan efisiensi produksinya. Sehingga dapat memproduksi produk dengan biaya yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih tinggi.

Selain itu, industri alas kaki nasional juga harus melakukan penguatan terhadap ketahanan rantai pasokan. Hal ini dapat memungkinkan industri alas kaki untuk melacak pergerakan bahan baku dan produk secara real-time, sehingga dapat meminimalkan risiko terhambatnya produksi akibat keterlambatan pengiriman atau kekurangan bahan baku.

Baca juga:   Kisah Sopyah: Sebuah Refleksi tentang Interseksionalitas

Langkah terakhir, para pelaku industri alas kaki juga harus meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produknya. Hal ini tentu dapat membantu dalam menurunkan biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas. Peningkatan profitabilitas ini dapat diinvestasikan kembali untuk pengembangan teknologi, peningkatan kualitas produk, dan ekspansi pasar.

Sebagai akhiran, penerapan strategi optimasi manufaktur membutuhkan komitmen dan investasi yang signifikan dari para pelaku industri alas kaki. Namun, dengan dukungan pemerintah dan kerjasama antar pelaku industri, sistem ini dapat menjadi kunci untuk menyelamatkan industri alas kaki Indonesia di era impor rumit dan mengantarkannya kembali ke masa kejayaannya.

Andhyka Dwi Rizky Ramadan
Mahasiswa FTMM Universitas Airlangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini