Dari Benang ke Busana, Integrasi Teknologi Digital dalam Rantai Pasokan Tekstil

tekstil

SURABAYA – Industri tekstil telah lama menjadi salah satu sektor penting dalam perekonomian global. Di Indonesia, industri ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDB dan lapangan pekerjaan.

Namun, industri tekstil juga menghadapi berbagai tantangan, seperti persaingan global yang ketat, efisiensi rantai pasokan yang rendah, dan dampak lingkungan yang tinggi.

Pada awal tahun 2024 ini, tercatat bahwa kuartal I pada beberapa industri tekstil mengalami penurunan hingga 30% kapasitas produksinya. Hal ini berbanding terbalik dengan proyeksi target sebelumnya, yakni perkiraan naik sebesar 15%.

Teknologi digital merupakan sebuah gebrakan yang menawarkan solusi untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Berkat gebrakan ini, industri tekstil dapat semakin adaptif dan responsif terhadap tuntutan pasar yang terus berubah.

Hulu, Dari Ladang Kapas ke Pabrik Benang

Di hulu rantai pasokan, perusahaan dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan pengelolaan perkebunan kapas, yakni dengan memanfaatkan teknologi sensor dan perangkat lunak IoT. Teknologi ini dapat membantu dalam pemantauan kondisi tanaman dan lingkungannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil panen tentunya.

Baca juga:   Harga Beras Melonjak, Tata Ulang Rantai Pasokan untuk Meningkatkan Efisiensi Distribusi

Teknologi digital juga mempermudah proses tracking pergerakan kapas dari ladang ke pabrik benang. Teknologi blockchain misalnya, teknologi ini dapat menjadi kunci transparansi dan keamanan sistem tracking dengan mencatat setiap data perjalanan hasil panen hingga ke pabrik.

Tengah, Pabrik Benang dan Pabrik Tekstil yang Lebih Efisien dan Berkualitas

Selanjutnya adalah penerapan teknologi digital pada proses produksi. Pada proses ini, perusahaan tekstil dapat menggunakan alat atau mesin modern untuk menunjang proses produksi yang lebih efektif dan efisien.

Kualitas produk pun tak luput dari sentuhan teknologi digital. Sistem sensor yang berkualitas mampu mendeteksi cacat pada tekstil dengan presisi tinggi. Hal ini kemudian memungkin kan hanya produk berkualitas tinggi yang lolos dari gerbang pabrik.

Hilir, Dari Pabrik Tekstil ke Konsumen

Baca juga:   Tantangan dan Solusi Ergonomis dalam Meminimalkan Risiko Kecelakaan Kerja di Industri Sawit

Di hilir rantai pasokan, teknologi digital mampu menjembatani pabrik tekstil dengan konsumen secara langsung. Saat ini, tersedia platform e-commerce yang menjadi ruang transaksi digital sehingga dapat menjangkau konsumen di seluruh penjuru dunia. Dari hal tersebut, kemudahan berbelanja dan pilihan produk yang beragam akan dapat memanjakan para pecinta fesyen.

Tidak hanya transaksi, teknologi digital juga dapat menghadirkan informasi yang lebih lengkap kepada konsumen. Perusahaan dapat membuat konten promosi digital menarik yang berisi asal-usul bahan baku, proses produksi, dan dampak lingkungan produk tekstil ke para calon konsumennya. Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk menarik minat beli konsumen.

Oleh karena itu, integrasi teknologi digital dalam rantai pasokan tekstil adalah kunci untuk meningkatkan daya saing industri tekstil Indonesia di pasar global. Dengan memanfaatkan teknologi digital, perusahaan tekstil dapat meningkatkan kualitas produk hingga memperluas jaringan pasar.

Hadyan Audysa
Mahasiswa FTMM Universitas Airlangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini